Langsung ke konten utama

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Hari /Tanggal : Jum'at / 12 November 2021

Narasumber   :  Raimundus Brian P., S.Pd.

Moderator      :  Rosminiyati

Pertemuan      : Ke-18 

     
    Alhamdulillah sudah memasuki pertemuan ke-18 ucapku memberi semangat untuk diri ini. Setelah seharian beraktifitas menjalani peran sebagai ibu, isteri, guru dan pedagang receh, kadang diri ini memang harus dimotivasi, apalagi jika lelah melanda.
    Kulihat flyer, kubaca narasumber yang akan memberikan pelatihan malam ini, beliau adalah bapak  Raimundus Brian P., S.Pd. Kulihat lagi flyer untuk kedua kalinya, "oh beliau ini adalah orang yang mendesain flyer tiap pelatihan Grup whatsapp belajar" menulis tebakku. Malam inipun bertambah keceriaannya bersama Bu Ros biasa kusapa moderator pada pertemuan ini. Bu Ros adalah guru senior, penggiat literasi di sekolahku.
    Setelah mengucapkan salam, Bu Ros mengajak kami tersenyum dulu, karena belajar akan nyaman jika hati kita bahagia kata beliau. Bu Ros mengajak kami lebih mengenal narasumber malam ini dengan membagi tautan. Pria muda dan ganteng ini lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Beliau  tinggal di Bekasi, dan berprofesi sebagai guru SDN Sumur Batu 01 Pagi, Jakarta sejak tahun 2015-sekarang. Puluhan  tulisan beliau sudah dimuat  di berbagai media cetak. Pak Roymundus sudah menorehkan 4 buku solo dan 8 buku antologi. Tidak hanya sebagai penulis, beliau juga kurator dan penanggungjawab 5 buku antologi. Beliau adalah alumni belajar menulis PGRI gelombang 4 yang mengabdikan diri pada kegiatan belajar ini dengan membantu Om Jay mengurus kegiatan pelatihan agar peserta, khususnya guru, agar dapat merasakan kesuksesan seperti beliau. Sungguh luar biasa ya..😃,salut buat narasumber malam ini.  
    Materi malam ini bertema Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie”. Bersyukur sekali kita dapat berinteraksi dalam pelatihan belajar menulis ini walaupun berbasis teks lewat Whatsapp. Namun tentu kita semua tetap bersemangat untuk menulis hingga menerbitkan buku. Pak Brian berbagi pengalaman beliau menerbitkan buku di 3 penerbit indie yang berbeda, yang tentunya masing-masing penerbit memiliki kelebihan dan kekurangannya u. 
    Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Erlangga, Grasindo, Elex media, Andi, dan lain-lain. 
Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Jika naskah ditolak, harus coba penerbit lain. Ditolak lagi, coba penerbit lain lagi. Begitu terus sampai menemukan penerbit yang mau menerima naskah kita. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. 1 tahun saja termasuk cepat. 
    Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Naskah pasti diterbitkan  dan proses penerbitan mudah dan cepat. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan. Kita membayar juga jika ingin mencetak ulang bukunya tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan. Naskah yang ingin diterbitkan belum pernah diterbitkan di penerbit lain, itu merupakan aturan pokok atau perjanjian kerja di penerbit Indie .

 
     Kemungkinan naskah yang sudah diterbitkan di Indie juga bisa masuk ke mayor. Namun baiknya isi naskah tidak sama persis untuk diajukan ke mayor. Beri tulisan-tulisan tambahan atau revisi. 
Kemudian tergantung juga penerbit mayornya. Kita tanyakan dulu apakah boleh jika naskahnya pernah diterbitkan. 
    Banyak cara untuk menunjukkan eksistensi kita dalam menulis. Demikian juga dengan menerbitkan buku, sudah ada pilihan seperti melalui penerbit Indie. Tinggal diri ini, apakah mampu dan percaya diri menunjukkan eksistensi didalam menulis? 😊. Semoga aku bisa menjawab tantangan itu . Terima kasih kepada Omjay yang sudah membuat wadah pelatihan belajar menulis ini, sehingga  kami para guru, terutama saya yang masih banyak belajar mengenai menulis dapat terhubung dan saling mendukung.  Terimakasih untuk Bu Ros dan Pak Brian yang sudah memberikan ilmu dan pengalamannya. Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu mengiringi langkah kita.


 









Komentar

  1. Suka Ama gaya bertuturnya, Bun. Emang kata Pak Brian tadi, meski materi sama tapi gaya kita beda.salam literasi.

    BalasHapus
  2. Mantap bundaaaa, salam sukses bernama

    BalasHapus
  3. Aamiin. Ibu Yeniboasti bisa. Buku solo itu indah dan harumnya semerbak sampai ke ujung dunia.

    BalasHapus
  4. Go go menuju cita terbitkan buku. 👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Buku Non Fiksi

 Hari /Tanggal : Jum'at / 05 November 2021 Narasumber   :  Musiin, M.Pd. Moderator      :  Ms. Phia Pertemuan      : Ke-15      Tidak terasa sudah 15 pertemuan. Makin mendekati pertemuan ke 20. Yang resume-resumenya nggak pernah bolong, tinggal 5 resume lagi nih untuk target jumlah minimal resume. Kulihat chat dari pak Brian. Hmm... benar juga nih batinku. Yang tadinya pengen nanti aja bikin resume,jadi semangat. Hari ini lumayan menguras energi. Selesai mengikuti 5 hari pelatihan PISA yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, aku segera pulang.  Baru sampai rumah, datanglah beberapa pembeli, yang tadinya kangen kasur akhirnya terlupakan. Dengan ramah kulayani mereka,  seperti kata pepatah pembeli adalah raja. Karena larut dengan keasyikan melayani mereka, yang secara kebetulan mereka datang bergantian, membuatku mau menunda mengikuti pelatihan malam ini. Setelah membaca chat dari pak Brian, seolah mendapat energi baru. kuambil 2 gawai andalanku. Bismil

TAMAN BACAAN YANG MENGINSPIRASI

Hari /Tanggal : Jum'at / 10 Desember 2021 Narasumber   : Bambang Purwanto Moderator      : Ms. Phia Pertemuan      : Ke-30  Bismillahirrohmanirrohim.     Pertemuan ke-30 malam ini ditutup dengan tema yang menarik, yaitu tentang Mengelola Taman Bacaan. Melihat tema yang ada di flyer ini, mengingatkanku akan keinginanku di tahun 2007-2008. Yap..ditahun itu ingin sekali mempunyai tempat membaca keliling dari kampung ke kampung, karena saat mendampingi suami berdinas jauh dari kota dan toko bukupun tidak ada. Pada tahun 2009 aku yang tadinya ibu rumah tangga diterima sebagai seorang PNS dan mengabdikan diri sebagai seorang pendidik. Kesibukanku sebagai guru dan  mengurus dua buah hati yang akhirnya membuyarkan inginku.  Keinginan itu rupanya hanya keinginan semata, sampai sekarang belum terwujud.  A. Sejarah Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat Ayah Salwa       Alhamdulillah, pada pertemuan ke-30 ditemukan dengan seorang sosok  inspiratif walau melalui daring. Beliau adalah Bambang Purwa

Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu

Hari /Tanggal : Jum'at / 29 Oktober 2021 Narasumber   : Prof. R. Eko Indrajit Moderator      : Aam Nurhasanah Pertemuan      : Ke-12        Buku Mayor? masih asing di telingaku. Kucoba cari info melalui google, buku mayor klik. Dan kutemukan pengertian buku mayor. Kubaca dengan teliti.  Materi pelatihan malam ini adalah  program menulis buku mayor dalam dua minggu . Hmm.. semoga aku bisa mengikuti pelatihan ini dengan baik, karena pastinya akan seru.       "Kelas akan mulai 10 menit lagi, karena Prof. Eko ada kelas lain jadi hanya bisa menemani sampai pukul 20.00 WIB "  Sambut bu Aam setelah mengunci kelas. Kulihat jam masih 18.21 WIB. Bergegas kuambil laptop karena dari tadi aku mengamati melalui handphone. Ibu Aam Nurhasanah malam ini yang jadi moderator pertemuan ke-12. Wanita ramah ini memang sering jadi moderator dan juga narasumber dipelatihan belajar menulis ini. Kuisi absen yang sudah dibagikan bu Aam. "Assalamualaikum Wr.Wb. Salam sejahtera untuk Bapak Ibu H